Saat ini, dikenal ada tiga sistem penggolongan darah pada manusia, yaitu sistem AB0, MN, dan rhesus. Namun
penggolongan darah di Indonesia pada umumnya hanya menggunakan sistem AB0 dan
rhesus. Penentuan golongan darah berdasarkan ada atau tidaknya kandungan
antigen tertentu dalam darah. Langsung saja kita bahas sistem penggolongan darah pada manusia.
1. Sistem AB0
Penggolongan darah sistem AB0 didasarkan antigen dan antibodi yang terdapat pada darah. Terdapat empat jenis golongan darah dalam sistem penggolongan darah pada manusia paling familiar ini, yaitu golongan darah A, B, AB, dan 0. Antigen dalam golongan darah (disebut juga aglutinogen) terdapat pada eritrosit atau sel darah merah. Sedangkan antibodi dalam golongan darah (disebut juga aglutinin) terdapat pada plasma darah.
a. Golongan darah A memiliki antigen A pada eritrositnya dan memiliki antibodi anti-B dalam plasmanya.
b. Golongan darah B memiliki antigen B pada eritrositnya dan memiliki antibodi anti-A dalam plasmanya.
c. Golongan darah AB memiliki antigen A dan B pada eritrositnya, namun tidak memiliki antibodi dalam plasmanya.
d. Golongan darah 0 tidak memiliki antigen dalam eritrositnya, namun memiliki antibodi anti-A dan anti-B dalam plasmanya.
2. Sistem MN
Penggolongan darah MN berdasarkan jenis antigen
glikoprotein yang terdapat pada membran eritrosit yang disebut glikoforin A.
Terdapat dua macam glikoforin, yaitu antigen glikoforin-M dan antigen
glikoforin-N. Antigen ini tidak membentuk antibodi jika ditransfusikan dari
golongan darah satu ke golongan darah yang lainnya. Namun, jika antigen ini
disuntikkan ke tubuh kelinci, tubuh kelinci akan membentuk antibodi (zat anti-M
atau anti-N) dalam serum darahnya. Jika serum kelinci yang mengandung anti-M
atau anti-N tersebut disuntikkan ke dalam darah manusia, akan menimbulkan
reaksi. Berdasarkan reaksi tersebut, golongan golongan darah dibedakan menjadi
tiga macam yaitu M,N, dan MN. Golongan darah M menunjukkan reaksi positif
(terjadi penggumpalan) terhadap anti-M. Golongan N menunjukkan reaksi positif
terhadap anti-N. Semetara itu, golongan MN menunjukkan reaksi positif terhadap
anti-M maupun anti-N.
3. Sistem Rhesus
Penggolongan
darah sistem rhesus ditemukan oleh Karl Landsteiner dan Alexander S. Wiener
pada tahun 1937. Mereka menemukan antigen pada membran plasma sel darah merah
kera Rhesus maccaque (Macaca maulatta) yang
ternyata juga ditemukan pada sel darah manusia. Antigen tersebut kemudian
dikenal dengan antigen rhesus.
Berdasarkan
ada tidaknya antigen rhesus dalam eritrosit manusia, maka golongan darah
manusia dibedakan atas dua kelompok, yaitu:
a. Rhesus+ berarti didalam eritrositnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit saat dilakukan tes dengan antiserum anti-Rh.
a. Rhesus+ berarti didalam eritrositnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit saat dilakukan tes dengan antiserum anti-Rh.
b. Rhesus-
berarti didalam eritrositnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan
reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan eritrosit saat dilakukan tes
dengan antiserum anti-Rh.
Demikian pembahasan tentang sistem penggolongan darah pada manusia. Semoga bermanfaat, selamat belajar.
=================================================================
No comments:
Post a Comment